Minggu, 17 Juli 2011

Berantem OKE !



Kata orang, berantem itu adalah bumbunya pacaran. Tapi kalau bumbu itu terlalu 'pedas' sampai membuat kita menangis atau bahkan sakit, repot juga jadinya. Nah, gimana cara 'meracik' bumbu tersebut agar menjadi pertengkaran yang sehat? Ternyata ada poin-poin yang harus kita perhatikan. Ini dia cara berantem yang oke dan nggak norak .

[Behind the Scene]

>> Pilih tema kuat
Permasalahan yang menjadi topik pemicu pertengkaran haruslah kuat. Maksudnya, jangan sampai mengumbar pertengkaran atau cuma untuk meributkan masalah sepele. Misalnya, cuma gara-gara dia nggak sms untuk ngucapin selamat makan atau karena gosip yang nggak jelas kebenarannya, bikin kita jadi bertengkar heboh. Berantem seperti ini cuma bikin capek dan menunjukkan betapa dangkalnya hubungan kita.

Jadi, setiap mau berantem, pikirin lagi deh alasannya, Apakah cukup kuat dan penting untuk diteruskan ke babak selanjutnya? Selain itu, kalau pertengkaran tersebut didasari oleh persoalan yang jelas, maka solusinya pun akan lebih cepat ditemukan.

>> No CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali)
 Pastinya kita nggak suka kan kalau kesalahan kita yang dulu-dulu diungkit terus menerus?
Makanya, jangan suka membuka lembaran cerita yang lama yang bisa memicu pertengkaran. Kalau ada permasalahan, selesaikan sampai tuntas. Kalau masih terus membahas "cerita lama", itu sih basi banget !



[ACTION]

>> Bukan Adu Otot
Pertengkaran memang selalu melibatkan emosi, tapi jangan sampai kebablasan! Main fisik sama sekali bukanlah cara berantem yang sehat. Soalnya kekerasan nggak akan membantu meringankan atau menyelesaikan persoalan. Eh, kita juga jangan sampai memberikan toleransi kalau cowok kita sampai main tangan. Itu sih sudah termasuk tindak kekerasan, namanya. Bahaya, tuh.

>> Bukan Tontonan Umum
Biarpun emosi lagi nggak stabil, tapi bukan berarti kita nggak melihat situasi di sekeliling. Berantem di depan umum selain nggak pantas dilihat, juga bisa mengganggu orang lain. Belum lagi, kadar malu kita jadi dobel karena jadi tontonan gratis. Cari tempat yang private untuk adu argumentasi.


[The Results]

>> Ajang Introspeksi
Berantem yang sehat dalah berantem yang menghasilkan sesuatu yang positif. Maksudnya, setelah bertengkar, kita dan pacar jadi bisa introspeksi diri. Selain itu, konfrontasi ini haruslah membuahkan sesuatu yang nyata dan bermanfaat.

Misalnya, kalau kita ngambek karena pacar terlalu cuek dan nggak pernah meluangkan waktunya untuk kita. Tapi setelah "adu mulut" yang cukup panjang, akhirnya dia sepakat untuk meluangkan waktu seminggu sekali, dan kita juga sepakat untuk memahami sifat cuek-nya itu. Nah, itu baru namanya rekonsiliasi yang sukses berat! Hehehe

>> "Bumbu" Gurih
Banyak yang bilang bahwa hal terbaik dari suatu pertengkaran adalah saat tiba waktu untuk berbaikan. Di momen tersebut, biasanya pacar jadi lebih romantis, hheehe .. Ngaku deh, biasanya kita malah makin kangen pacar setelah berantem kaaaan? Di saat-saat "perang dingin", kita dan pacar sama-sama merasakan nggak enaknya musuhan, apalagi sampai kehilangan orang tersayang.

 So, begitu berbaikan, rayakan kembali momen spesial ini dengan menciptakan kencan yang spesial. Percaya deh, pasti rasa hubungan kita jadi makin gurih dan luar biasa!


STOP !!!

Awas! Kalau pertengkaran kita dan pacar sudah seperti di bawah ini, berarti kita harus memikirkan kemungkinan putus atau mencari bantuan. Daripada makan hati, kan?

1. Frekuensi berantem yang sering banget
Kalau berantem sudah menjadi agenda "rutin" seminggu sekali (atau malah setiap hari!) berarti situasi pacaran kita sudah nggak sehat.

2. Diam-diaman lebih dari dua minggu
Musuhan saja nggak boleh lebih dari tiga hari. Masa kita dan pacar melakukan "perang dingin" selama hampir setengah bulan, sih ?

3. Kata-kata kasar dan nggak pantas
Makian, cacian, dan kata-kata yang menghina pantang dikeluarkan dalam situasi apapun! Kalau pacar punya kebiasaan buruk seperti ini, minta dia untuk berhenti. Bikin kuping panas, tahu!

4. Menyakiti secara fisik
Nggak ada lagi alasan yang bisa membenarkan hal ini. Kalau dia sudah berani menyakiti tubuh kita, berarti hubungan ini memang terlalu berisiko untuk dipertahankan. Kita kan nggak pantas diperlakukan seperti sasak tinju.

5. Menyakiti diri sendiri
Kalau sudah menyakiti diri sendiri, artinya beban mental kita sudah sedemikian besarnya. Cepat sudahi hubungan nggak sehat ini, dan bikin hidup kita kembali bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...